Al-Qur'an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau
selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya
orang-orang Mekah dan Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf,
telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan
kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Muhammad.
Berbagai
contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa
dibantah.
1. Kemenangan Bizantium.
Penggalan
berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan
ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran
Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini,
disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar,
tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim.
Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi
Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an,
30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620
Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di
tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian
diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang.
Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat
hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya
sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa
Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman
serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga
mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius,
telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur
dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur
memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada
pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan
Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa
Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society,
Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata,
setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di
saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan
bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi.
Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab
menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa
kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar
Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara
Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini,
pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia.
Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan
Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang
mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the
Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s.
287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban
lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta
geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam
ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di
daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa
Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan.
Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih
berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari
kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi".
Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di
bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam
peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium
dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling
rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati,
yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria,
Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah
permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.
Hal
paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya
mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi
siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di
permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai
titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti
bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.
2. Kemenangan di Khaibar dan Mekah.
Sisi
keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu
sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari
surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang
beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum
penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada
Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa
sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam
keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang
kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu
ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al
Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat
tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi
sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam
ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar,
yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah dengan
aman.
Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan
terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang
terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan
bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas.
3. Ditemukannya jasad Fir'aun.
"Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Fir'aun) supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami." (QS. 10:92)
Pada waktu Qur-an disampaikan kepada
manusia oleh Nabi Muhammad, semua jenazah Fir'aun-Fir'aun yang
disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern terdapat
di kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes,
di seberang Nil di kota Luxor. Pada waktu itu manusia tak
mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan tersebut. Baru pada abad
19 orang menemukannya seperti yang dikatakan oleh Qur-an jenazah
Fir'aunnya Exodus selamat. Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus
disimpan di Museum Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat
dilihat oleh penziarah. Jadi hakekatnya sangat berbeda dengan
legenda yang menertawakan yang dilekatkan kepada Qur-an oleh ahli
tafsir Injil, R.P. Couroyer.
4. Madu adalah Obat.
"kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan." (QS. 16:69)
Tidak ada seorang pun yang membantah
bahwa madu lebah dapat dijadikan obat bagi manusia. Padahal, Al-Qur'an
diturunkan pada abad ke-7 Masehi, dimana orang-orang pada waktu itu,
khususnya di Jazirah Arab, masih buta iptek.
5. Air susu binatang, minuman yang lezat.
"Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan
bagi orang-orang yang meminumnya." (QS. 16:66)
Pada waktu itu
tidak ada seorang manusia pun di Jazirah Arab yang mengira bahwa air
susu ternak dapat diminum oleh manusia, bahkan menyehatkannya. Sekarang,
air susu ternak sudah menjadi santapan sehari-hari bagi manusia yang
menyukainya.
6. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air.
"Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. 21:30)
Pada
waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala
yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun
yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah
materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup.
7. Fenomena berpasang-pasangan atas segala sesuatu.
Qur-an
yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam
tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih
umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
"Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa
yang mereka tidak ketahui." (QS. 36:36)
Kita dapat mengadakan
hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak
mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak
mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang
berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling
besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting
adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu
secara gamblang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan
pertentangan dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang
"pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan
betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat
di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari
ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang
menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi
Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang
disebut "parité", menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan
jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi
bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan
dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
"...setiap
partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan ... dan
hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan
berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap
saat, di setiap tempat."
Semua ini menunjukkan bahwa unsur
besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor
melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim
ke bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa
fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat
Al Qur'an diturunkan. (http://www.2think.org/nothingness.html, Henning
Genz - Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
8. Kejadian manusia di dalam rahim.
Telor
yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rendahan
(cavite) Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur."
Qur-an menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
"Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan." (QS. 22:5)
Menetapnya
telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni perpanjangan
telor yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi
membesarnya telor, seperti akar tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah.
Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam Rahim. Pengetahuan
tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.
Pelekatan ini disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat 96 ayat 2.
"Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat." (QS. 96:2)
"Sesuatu
yang melekat" adalah terjemahan kata bahasa Arab: 'alaq. Ini adalah
arti yang pokok. Arti lain adalah "gumpalan darah" yang sering
disebutkan dalam terjemahan Qur-an. Ini adalah suatu kekeliruan yang
harus kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap "gumpalan
darah." Ada lagi terjemahan 'alaq dengan "lekatan" (adherence) yang juga
merupakan kata yang tidak tepat. Arti pokok yakni "sesuatu yang
melekat" sesuai sekali dengan penemuan Sains modern.
Ide
tentang "sesuatu yang melekat" disebutkan dalam 4 ayat lain yang
membicarakan transformasi urut-urutan semenjak tahap "setetes sperma"
sampai sempurna.
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dan kabur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, (sesuatu yang melekat) kemudian dari segumpal daging
yang sempurna keadaannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu." (QS. 22:5)
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah (sesuatu yang melekat)." (QS. 23:4)
"Dialah
yang menciptakan kamu dan tanah, kemudian dari setetes air mani,
sesudah itu dan segumpal darah (sesuatu yang melekat)." (QS. 40:67)
"Bukankah
ia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). Kemudian mani
itu menjadi segumpal darah (sesuatu yang melekat) lalu Allah
menciptakannya dan menyempurnakannya." (QS. 75:37-38)
Anggauta tempat "mengandung" itu terjadi, selalu disebutkan dalam Qur-an dengan kata yang berarti uterus.
Dan
beberapa surat, tempat itu dinamakan "Tempat menetap yang kokoh."
(surat 23 ayat 13 yang pernah kita sebutkan dan surat 77 ayat 21.18)
PERKEMBANGAN EMBRIYO DIDALAM PERANAKAN
Hal-hal
yang disebutkan oleh Qur-an sesuai dengan apa yang diketahui manusia
tentang tahap-tahap perkembangan embryo dan tidak mengandung hal-hal
yang dapat dikritik oleh Sains modern.
Setelah "sesuatu yang
melekat," yaitu kata-kata yang telah kita lihat kebenarannya, Qur-an
mengatakan bahwa embriyo melalui tahap: daging (seperti daging yang
dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging
(diterangkan dengan kata lain yang berarti daging segar).
"Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan sesuatu yang melekat dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah,
Pencipta yang paling baik." (QS. 23:14)
Daging (seperti yang
dikunyah) adalah terjemahan kata bahasa Arab mudlghah; daging
(seperti daging segar) adalah terjemahan lahm Perbedaan perlu digaris
bawahi, embriyo pada permulaannya merupakan benda yang nampak kepada
mata biasa (tanpa alat), dalam tahap tertentu daripada perkembangannya,
sebagai daging dikunyah. Sistem tulang, berkembang pada benda
tersebut dalam yang dinamakan "mesenhyme." Tulang yang sudah terbentuk
dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksudkan dengan "lahm. "
Dalam perkembangan embriyo, ada beberapa bagian yang muncul,
yang tidak seimbang proporsinya dengan yang akan menjadi manusia
nanti, sedang bagian-bagian lain tetap seimbang.
Bukankah arti
kata bahasa Arab "mukhallaq" yang berarti "dibentuk dengan
proporsi seimbang" dan dipakai dalam ayat 5 surat 22, disebutkan untuk
menunjukkan fenomena ini?
Qur-an juga menyebutkan munculnya pancaindera dan hati (perasaan, af-idah).
"Kemudian
Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam tubuhnya roh
(ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati." (QS. 32:9)
Qur-an juga menyebutkan terbentuknya seks:
"Dan
bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dan air mani apabila dipancarkan." (QS. 53:45-46)
Terbentuknya seks juga disebutkan dalam surat 35 ayat 11 dan surat 75 ayat 39.
Semua
pernyataan-pernyataan Qur-an harus dibandingkan dengan hasil-hasil
Sains modern; persesuaian di antara kedua hal tersebut sangat jelas.
Tetapi juga sangat perlu untuk membandingkannya dengan
kepercayaan-kepercayaan umum yang tersiar pada waktu Qur-an, agar kita
mengetahui bahwa manusia pada waktu itu tidak mempunyai konsepsi seperti
yang diuraikan oleh Qur-an mengenai problema-problema tertentu. Mereka
itu tidak dapat menafsirkan Qur-an seperti yang kita lakukan sekarang
setelah hasil Sains modern membantu kita. Sesungguhnya hanya baru pada
abad XIX, manusia mempunyai pandangan yang jelas tentang hal-hal
tersebut.
Selama abad pertengahan mitos dan spekulasi
tanpa dasar merupakan sumber daripada doktrin yang bermacam-macam, yang
tetap dianut orang setelah abad pertengahan selesai. Banyak orang
tidak tahu bahwa tahap fundamental dalam sejarah embryologi
adalah pernyataan Harvey pada th. 1651 bahwa: "Semua yang hidup itu
berasal dari telor."
Juga banyak orang tidak tahu bahwa
embriyo itu terbentuk sedikit demi sedikit, sebagian demi sebagian.
Tetapi pada waktu ilmu pengetahuan baru telah mendapat bantuan dari
penemuan baru yaitu mikroskop untuk menyelidiki soal-soal kita ini,
masih terdapat banyak orang yang membicarakan peran telur spermatozoide.
Seorang naturalis, yaitu Buffon termasuk golongan ovist (yaitu golongan
yang menganut teori pengkotakan). Bonnet salah seorang penganut teori
tersebut mengatakan bahwa telor Hawa, ibu dari jenis manusia, mengandung
segala bibit jenis manusia, yang disimpan dalam pengkotakan, yang satu
didalam yang lainnya. Hipotesa semacam ini masih diterima orang pada
abad XVIII.
Lebih seribu tahun sebelum zaman tersebut, di
mana doktrin-doktrin khayalan masih mendapat pengikut, manusia sudah
diberi Qur-an oleh Tuhan. Pernyataan-pernyataan Qur-an mengenai
reproduksi manusia menjelaskan hal-hal yang pokok dengan istilah-istilah
sederhana yang manusia memerlukan berabad-abad untuk menemukannya.
9. Karakter binatang yang hidup berkelompok.
"Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al Kitab, kemudian kepada
Tuhan merekalah, mereka dihimpunkan." (QS. 6:38)
Beberapa hal
dalam ayat tersebut harus kita beri komentar. Pertama-tarna: nasib
binatang-binatang sesudah mati perlu disebutkan. Dalam hal ini
nampaknya Qur-an tidak mengandung sesuatu doktrin. Kemudian soal
taqdir secara umum, yang kelihatannya menjadi persoalan di sini,
dapat difahami sebagai taqdir mutlak atau taqdir relatif, terbatas
pada struktur atau organisasi fungsional yang mengkondisikan
tindakan (behaviour). Binatang bereaksi kepada fakta luar yang
bermacam-macam sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.
Menurut
Blachere, seorang ahli tafsir kuno seperti Al Razi berpendapat
bahwa ayat ini hanya menunjukkan tindakan-tindakan
instinktif yang dilakukan oleh binatang untuk memuji Tuhan.
Syekh
si Baubekeur "Hamzah" (Sayid Abubakar Hamzah, seorang ulama Maroko)
dalam tafsirnya menulis: "Naluri yang mendorong makhluk-makhluk untuk
berkelompok dan berreproduksi, untuk hidup bermasyarakat yang
menghendaki agar pekerjaan tiap-tiap anggauta dapat berfaedah untuk
seluruh kelompok."
Cara hidup binatang-binatang itu pada
beberapa puluh tahun terakhir telah dipelajari secara teliti dan
kita menjadi yakin akan adanya masyarakat-masyarakat binatang. Sudah
terang bahwa hasil pekerjaan kolektif telah dapat meyakinkan orang
tentang perlunya organisasi kemasyarakatan. Tetapi penemuan
tentang mekanisme organisasi beberapa macam binatang baru terjadi
dalam waktu yang akhir-akhir ini. Kasus yang paling banyak
diselidiki dan diketahui adalah kasus lebah. Nama Von Frisch
dikaitkan orang dengan penyelidikan tersebut. Pada tahun 1973 Von
Frisch, Lorenz dan Tinbergenmendapat hadiah Nobel karena
penyelidikan mereka.
10. Peredaran benda-benda angkasa dalam garis edarnya.
Tatkala
merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al
Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
"Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta
yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi,
matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km
per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar
Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000
kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam
sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini.
Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan
serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat
sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri
dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai
planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua
benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan
dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah
"berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang
sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga
bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis
edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa.
Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis
peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak
satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau
bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah
galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya
saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an
diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi
canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak
pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu
tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa
"dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat
tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita
dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah
firman Allah.
11. Gugusan bintang atau galaksi.
"Maha
Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang (galaksi)
dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya." (QS.
25:61)
Dalam alam semesta ini terdapat milyaran galaksi. Di antara galaksi-galaksi itu adalah:
- Galaksi Bima Sakti (tata surya kita ini terdapat di dalamnya).
- Galaksi Magellan (berjarak kira-kira 150.000 tahun cahaya dari Bima Sakti).
- Galaksi Andromeda (lebih jauh sedikit dari Magellan, dengan jarak kira-kira 2.000.000 tahun cahaya).
12. Gerak semu matahari.
"Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya." (QS. 55:17)
Dua
tempat terbit matahari dan dua tempat terbenamnya ialah tempat dan
terbenam matahari di waktu musim panas dan di musim dingin. Gerak semu
matahari ke utara-selatan menyebabkan beberapa musim tertentu di suatu
negara tertentu.
13. Planet dalam langit terdekat.
Dalam suatu ayat terdapat kata "Kawakib" yang menurut pengetahuan modern hanya dapat diartikan "planet".
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet." (QS. 37:6)
Kalimat
Qur-an: "Langit yang terdekat" dapatkah diartikan sebagai sistem
matahari? Kita mengetahui bahwa tak terdapat di antara benda-benda
samawi yang terdekat kepada kita selain planet. Matahari adalah bintang
satu-satunya dalam sistem ini yang pakai nama. Orang tak dapat mengerti,
benda samawi apa gerangan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut,
jika bukan planet. Rasanya sudah benar jika kita terjemahkan
"Kawakib" dengan "planet;" dan ini berarti bahwa Qur-an menyebutkan
adanya "planet" menurut definisi modern.
14. Mengembangnya alam semesta.
Dalam
Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut
ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata
"langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak
tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di
sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata
lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan
atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu
pengetahuan masa kini.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa
alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa
permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan
dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya
memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Pada
awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli
kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan
menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929.
Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom
Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus
bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut
terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun
berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang.
Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun
mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang
Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
15. Bentuk bulat planet bumi.
"Dia
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan
malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)
Dalam
Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam
semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai
"menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa
Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan
membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar,
sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang
disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup
satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.
Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa
dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan
tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat
bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu,
bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta
penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat
Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad
terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak
mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya
ketika menjelaskan jagat raya. Rasanya tidak mungkin Allah menyebutkan
secara vulgar bahwa bentuk bumi adalah bulat, karena ini akan
bertentangan dengan keyakinan manusia pada waktu itu. Lebih jauh, Allah
menyuruh manusia untuk berfikir dan memahami segala ciptaan-Nya yang tak
terbatas luasnya ini.
16. Lautan yang tidak bercampur satu sama lain.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut:
"Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing ... Dari
keduanya keluar mutiara dan marjan." (Al Qur'an, 55:19-20,22)
Sifat
lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain
ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan
gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang
saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis,
tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah
terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr.
1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley
Publishing, s. 92-93.)
Dari keduanya, dapat digali berbagai kekayaan alam khususnya mutiara dan marjan.
Sisi
menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak
memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun
ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur?an.
Suatu
fenomena lain yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang
asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur
seketika. Orang mengira bahwa Qur-an membicarakan sungai Euphrat
dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk
semacam lautan yang panjangnya lebih dari 150 km, dan dinamakan Syath
al Arab. Di dalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan
suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah
sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. Untuk memahami teks ayat,
kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab
"Bahr" yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu
dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar
seperti Nil, Tigris dan Euphrat.
Dua ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai berikut:
"Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, Dia jadikan antara keduanya
dinding dan batas yang menghalangi." (QS. 25:53)
"Dan tidak
sama (antara) dua laut. Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini
asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu
memakainya." (QS. 35:12)
Selain menunjukkan fakta yang
pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan-kekayaan yang
dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan
hiasan badan: batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena
tidak campurnya air sungai dengan air laut di muara-muara hal
tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak
disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira
bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. Sungai-sungai
besar yang menuang ke laut seperti Missisippi dan Yang Tse
menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macan air itu
tidak terlaksana seketika tetapi memerlukan waktu.
17. Kegelapan dan gelombang di dasar lautan.
"Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak,
yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan
dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter
atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah
kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny;
and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s.
27)
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan
tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya,
serta jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan
perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan teknologi modern,
memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.
Manusia
tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan
peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang
dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena alasan
inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi
sangat rinci tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan "gelap gulita
di lautan yang dalam" digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini
sudah pasti salah satu keajaiban Al Quran, sebab infomasi ini
dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan manusia untuk
menyelam di kedalaman samudra.
Selain itu, pernyataan di ayat
ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam,
yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya
(lagi) awan?" mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Quran
yang lain.
Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan
gelombang di dasar lautan, yang "terjadi pada pertemuan antara
lapisan-lapisan air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang
berbeda." Gelombang yang dinamakan gelombang internal ini meliputi
wilayah perairan di kedalaman lautan dan samudra dikarenakan pada
kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih tinggi dibanding
lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat seperti
gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana
gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata
manusia, tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau
perubahan kadar garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993,
Oceanography, a View of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs,
Prentice-Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan dalam Al
Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya
penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut.
Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di
dasar laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan
perhatian kita pada jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra.
Sungguh, fakta yang baru saja diketemukan para ilmuwan ini
memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah.
18. Manfaat sidik jari.
Saat
dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk
menghidupkan manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari
manusia secara khusus ditekankan:
"Apakah manusia mengira
bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya,
bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan
sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)
Penekanan pada sidik jari
memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang
adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah
hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda
dari orang lain.
Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai
kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk
tujuan ini di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, yang penting
adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad
ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai
lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an,
Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian
orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik
jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
19. Jenis kelamin bayi.
Hingga
baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh
sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini
ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan perempuan. Namun kita
diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur'an, yang menyatakan bahwa
jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani
apabila dipancarkan".
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (Al Qur'an, 53:45-46)
Cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler
telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al
Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel
sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses
penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam
penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk
seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini
disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan
pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini.
Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian,
sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat
kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari
penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan
wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel
kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa
kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel
sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi
kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung
dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir
berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Tak
satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu
genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa kaum
wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan.
Namun,
tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur'an telah
mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan
menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi
air mani dari pria.
20. Manusia tercipta dari setitik sperma.
Selama
persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di
tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma
yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah
dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya,
bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil
darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (Al Qur'an, 75:36-37)
Seperti
yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak
terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa
tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru
ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa
pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
21. Bagian otak yang mengendalikan gerak kita.
"Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka."
(Al Qur'an, 96:15-16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan
lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang
dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian
prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak
pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan
fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al
Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian
dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah
frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and
Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang
fungsi bagian ini, menyatakan:
Dorongan dan hasrat untuk
merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal,
dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi... (Seeley,
Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy
& Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211;
Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest, 1991, The
Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia,
Lea & Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan:
Berkaitan
dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal
juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang...
(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of
Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc.,
s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan,
memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung
jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan
"ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar merujuk pada
penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan
selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an
sejak dulu.
22. Air susu ibu dalam 2 tahun.
Air
susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak
tertandingi sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir,
dan sebagai zat yang meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit.
Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu
menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini.
Setiap hari
ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta
yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa
menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat
bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition,
[url=http://]http://[/url] icr.org/pubs/imp-259.htm)
Allah
memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang
hanya diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya
"...menyapihnya dalam dua tahun...".
"Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (Al Qur'an, 31:14)
23. Reproduksi tumbuh-tumbuhan.
"Yang
telah menjadikan bagimu sebagai hamparan dan yang telah menjadikan
bagimu di bumi itu jalan-jalan dan menurunkan dari langit air hujan,
maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dan
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam." (QS. 20:53)
"Dan Kami
telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu,
dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15:22)
"...Dan menjadikan padanya (bumi) semua buah-buahan berpasang-pasangan..." (QS. 13:3)
Kita
mengetahui bahwa "buah" adalah hasil proses reproduksi daripada
tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi yang mempunyai organisasi (susunan
anggauta) yang lengkap dan sangat kompleks. Tahap sebelum
menjadi buah adalah bunga dengan anggauta jantan (etamine) dan betina
(ovules). Ovul ini setelah menerima "pollen" menghasilkan buah,
dan buah itu sesudah matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah
mengandung arti tentang adanya anggauta jantan dan anggota betina.
Inilah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut di atas.
Tetapi
kita harus ingat bahwa dalam beberapa pohon, buah dapat dihasilkan
oleh bunga yang tidak dikawin seperti pisang, beberapa macam
ananas, tin (fique), orange dan buah anggur. Buah tersebut tidak
berasal dari pohon yang mempunyai jenis seks.
Selesainya
reproduksi terjadi dengan proses tumbuhnya biji, setelah terbukanya
tutup luar (yang mungkin juga terpadat dalam biji). Terbukanya tutup
luar itu memungkinkan keluarnya akar yang akan menyerap
makanan dari tanah. Makanan itu perlu untuk tumbuh-tumbuhan
yang lambat pertumbuhannya, yaitu untuk berkembang dan
menghasilkan individu baru.
Suatu ayat memberi isyarat kepada pembenihan ini.
"Sesungguhnya Allah membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan..." (QS. 6:95)
24. Reproduksi binatang.
"Dan
bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan
perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS. 53:45-46)
Ayat
di atas berlaku umum, tidak saja bagi reproduksi manusia, tetapi juga
berlaku bagi reproduksi binatang. "Pasangan" adalah kata-kata yang sama
yang kita dapatkan dalam ayat-ayat yang membicarakan reproduksi
tumbuh-tumbuhan. Di sini soal kitchen ditegaskan. Perincian yang sangat
mengagumkan adalah gambaran yang tepat tentang beberapa tetes zat cair
(sperma) yang diperlukan untuk reproduksi.
25. Menembus ruang angkasa dan kedalaman perut bumi.
Al-Qur'an
memberi isyarat kepada manusia untuk menjelajahi ruang angkasa dan
perut bumi yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia pada waktu ayat ini
diturunkan.
"Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak
dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. 55:33)
Manusia,
dengan kecerdasan dan keterampilannya, telah berhasil mendaratkan dua
orang awak pesawat apollo 11 ke bulan dan membuat stasiun ruang angkasa,
dan banyak menerjunkan pekerja tambang ke dalam perut bumi hingga
kedalaman beberapa kilometer.
Artikel sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus